Bagaimana caranya untuk menantang dunia kerja yang tidak adil?

Theodora Sarah Abigail (Ebi)
6 min readMar 14, 2021

--

Di dunia ideal, kita bisa kerja dan dibayar tepat waktu, dengan gaji yang layak. Tapi kenyataannya adalah sebagian besar CEO dan bos-bos lebih prefer eksploitasi karyawannya demi cuan.

Ada dua jalur yang kita harus tempuh sekaligus.

Yang pertama, kita harus sadar bahwa game kehidupan yang kita mainkan itu busuk dan curang. Aturannya kacau, dan yang menang itu biasanya orang yang udah banyak privilege dan duit. Orang kaya makin kaya, orang miskin makin miskin—begitu, kan, hidup, yang sering kita bercanda di Twitter.

Yang kedua, kita harus secara kolektif kerjasama untuk mengubah aturan-aturannya. Contohnya: mendorong upah minimum yang realistis, menerapkan perlindungan pekerja, dan mengimplementasikan praktik ketenagakerjaan yang adil.

Semua manusia yang lahir di bumi berhak mempunyai hidup yang bahagia. Kerja menjadi bagian besar dari kehidupan kita; setiap orang berhak mendapatkan kompensasi yang adil dan melakukan pekerjaan yang mereka sukai. Ini nggak bisa dinegosiasikan.

Orang terjebak dalam kemiskinan bukan karena mereka males. Justru, orang-orang terkuat dan paling produktif yang pernah aku temui semua sedang berjuang melawan kemiskinan mereka. Kemiskinan bukan masalah sikap atau sifat tapi masalah struktural, karena dunia kami lebih suka tutup mata ketika ada yang dieksploitasi. Sistem-sistem ini yang harus kita bongkar.

Melawan ketidakadilan dalam dunia kerja

Karena kenyataannya hidup kadang sucks dan benar-benar berat, ada beberapa cara sebagai orang kecil buat melindungi diri kita dalam jangka pendek.

Mempunyai tujuan akhir

Ketika kamu udah memutuskan buat memasuki industri tertentu, bangunlah semacam “peta”. Setiap industri semacam daerah sendiri.

  • Seperti apa kesuksesan itu dalam industri ini?
  • Apakah ada program sertifikat yang bisa membantumu untuk membuktikan nilaimu?
  • Berapa banyak usaha yang harus kamu keluarkan untuk mencapai tujuanmu?
  • Berapa gaji entry-level dalam bidang ini?
  • Berapa gaji mid-level?
  • Berapa penghasilan teman, rekan, dan kolegamu?

Semakin banyak informasi yang kita dapatkan, semakin kita bisa memberdayakan diri. Aku pribadi cari informasi lewat Google, gabung ke grup FB, baca diskusi di Twitter dan Reddit—dulu, aku sendiri nggak punya siapa-siapa yang bisa kutanyain tentang kerja.

Kita baru bisa merancang rencana buat kedepannya ketika petanya mulai agak jelas. Seiring berjalannya waktu, kamu bisa tambahin detail-detail terus. Kamu mulai paham, apa yang akan membantu kamu untuk berkembang dalam industri kamu; apa yang harus dilakukan/didapatkan untuk menuntut bayaran yang lebih layak. Contohnya:

  • CV
  • Portfolio
  • Sertifikat dan penghargaan
  • Skill tambahan

Atau mungkin, setelah kamu tau peta-nya, kamu malah memutuskan buat terjun ke industri lain—karena ternyata nggak cocok. Itu juga gpp.

Tujuan itu nggak harus selalu keren. Bisa saja, “Ya, aku hanya ingin hidup nyaman aja, dan punya uang cukup buat menutupi kebutuhanku dan kebutuhan ortu.”

Memahami audience-mu

Sebagai karyawan, kita penerima duit; berarti ada pemberi duit. Ketika kita ingin duit lebih banyak, kita harus memahami taktik-taktik buat merayu si pemberi duit dan menangkan hati mereka. Ini bagian dari interpersonal relationship skills.

Kita juga harus tahu kapan 1) orang itu baik tapi agak ignoran, dan kapan 2) orang itu memang jahat aja dan hanya ingin eksploitasi kita. Kalo mereka tipe yang kedua, lebih baik kita kumpulin pengalaman saja, tapi sekaligus siapin alternatif. Perusahaan memanfaatkan kamu, kamu juga bisa memanfaatkan demi dirimu—dengan paham seluk-beluknya perusahaan itu dan cara bekerja di suatu industri, kamu nanti bisa tambahin skill + pengalaman ke CV dan resume kamu.

Selagi kamu di perusahaan yang dipimpin orang “jahat”, kamu harus siapin portfolio dan CV, terus sekaligus mulai riset tentang tempat lain. Jangan khawatir ketika mereka tanya: “Kok cepat banget keluar dari sini? Kenapa?”

Alasannya: I wanted to challenge myself and take on more responsibility in a more significant role. I felt I was unable to do so in my previous position.

Iya, memang cheesy dan lebay. Tapi kadang, kita memang harus menyesuaikan cara komunikasi kita dengan sang penerima.

Balik ke fokus utama: gimana caranya merayu pemberi duit yang masih rada baik. Biasanya, mereka ingin lihat bahwa kamu bertanggung jawab. Ketika kita berhadapan sama orang baik tapi ignoran, kadang mereka nggak tahu apa yang kita butuhkan. Sentimen seperti ini sering diulangi sama CEO-CEO startup yang kutemui dalam perjalanan hidupku. Kadang, mereka nggak kasih karena mereka ignoran dan kita juga nggak kasih tahu.

Sama seperti hubungan pacaran atau pernikahan, kadang orang itu nggak jahat, tapi oon, jadi benar-benar nggak tahu apa yang kita butuhkan.

Ketika kita minta kenaikan gaji atau treatment yang lebih fair, bisa coba ikut beberapa langkah ini:

  • Menjadwalkan pembicaraan
  • Siapin contoh-contoh kesuksesan kamu dari beberapa bulan terakhir
  • Menjelaskan perasaanmu (capek, frustrasi, kecewa, etc.)
  • Kasih permintaanmu

Bersikaplah adil dan etis sebagai bos, teman, dan keluarga

Mungkin dalam hidupmu, kamulah yang jadi pemberi duit. Kalo begitu, mohon bersikaplah adil. Jangan eksploitasi kebaikan orang lain dengan alasan “harga teman” dan “diskon keluarga”. Itu sama sekali nggak adil. Di dunia ini, gampang buat jadi orang jahat. Susah, sejujurnya, buat menjadi baik. Tapi aku jamin, sebenarnya jauh lebih menyenangkan dan menenangkan buat baik dan berempati sama orang lain.

Kalo kamu lihat teman atau rekanmu malah eksploitasi orang lain, kamu juga harus berani buat menegur mereka.

Memperjuangkan teman-teman dan rekanmu

Karyawan itu kuat ketika mereka kompak. Makannya perusahaan nggak suka serikat pekerja, union, dan organisasi/alliansi yang bersifat kolektif. Selain pemerintah, hanya kolektif yang bisa menekankan perusahaan.

Bagi informasi sama teman-temanmu. Sering bicara soal gaji. Sebisanya, bangun peta industri kalian bersama-sama. Dan jangan banyak-banyak iri atau dengki.

Entah kenapa, ketika orang sudah mulai sukses, dia juga mulai males buat bantu orang lain. Dia takut tersaingi.

Buat apa sih, sebenarnya? Selama ini, aku percaya bahwa kita punya rezeki masing-masing. Gausah menghalangi rezeki orang, kita bantu aja. Kebaikan kita itu selamanya, sedangkan sukses ya hanya temporer. Kita fokus menjadi baik aja, tanpa harus iri atau dengki, karena semua orang berhak punya hidup yang adil dan menyenangkan.

Orang lain bukan lawanmu. Kolegamu bukan lawanmu. Mungkin di perusahaan kamu, kamu disuruh bersaing sama orang lain. Itu nggak membantu dan itu nggak membangun. Ideologi seperti hanya bantu satu pihak: yaitu, si perusahaan.

Di tempat kerja yang baik, lawanmu hanya satu: dirimu yang dulu. Atasan yang baik akan mendorongmu untuk mengembangkan keterampilan dan bakatmu.

Kasih support ke orang lai

Poin ini sambung sama poin di atas, buat bersikap baik ke orang lain. Kita harus memberikan otonomi, respect, dukungan sehingga orang dapat melakukan apa yang mereka ingin lakukan. Solusi buat petani bukanlah buat buka toko atau pergi ke kota dan dapat pekerjaan kantoran. Solusi buat petani adalah didukung dengan dibayar adil untuk pekerjaannya.

Ketika kita melihat ketidakadilan, kita harus bersuara dan bertindak. Selain itu, kita juga bisa:

  • Kasih dukungan finansial buat membantu sesama
  • Bersuara ketika melihat ketidakadilan
  • Berusaha untuk mendukung tujuan dan impian sesama
  • Menyediakan dan memberikan sumber daya tanpa pamrih
  • Menghindari kesombongan dan mentalitas penyelamat
  • Kurangin negosiasi harga

Solusi utama tetap di tangan perusahaan dan pemerintah

Aku harap bahwa tips dan pointers ini bisa bantu, tapi sebenarnya, selama pemerintahan dan perusahaan masih kerjasama buat eksploitasi karyawan dan buruh, kita akan terus terjebak dalam permainain mereka. Yang paling berat tantangannya ya buruh, yang nggak pernah dapet perlakuan adil dan terjebak dalam situasinya. Atasan mereka sudah paham bahwa mereka nggak punya opsi lain, dan malah lebih pilih buat memanfaatkan kesempatan dan peres karyawannya.

Solusinya bukan “kerja lebih pintar” atau “kerja lebih baik”. Satu-satunya solusi buat jangka panjang adalah untuk memperjuangkan hak rakyat dan buruh. Makannya kita harus terus menerus menyusun gerakan kolektif, beri support buat satu sama lain, dan menolak aturan-aturan pemerintahan dan perusahaan yang eksploitatif.

Jika kamu baca ini, kemungkinan besar kamu masih muda. Aku harap, seiring berjalannya waktu—setelah kamu mulai bangun karirmu dan mendapatkan kuasa—kamu akan selalu mengingat pentingnya menjadi manusia dengan hati suportif, empatik, dan lembut.

--

--

Theodora Sarah Abigail (Ebi)

I write lots of cool things and do ordinary stuff. I wrote a book once.